Oleh Frans Obon
SRI SULTAN Hamengku Buwono X dan Ratu Hemas mengunjungi masyarakat Kabupaten Ende. Dalam dua hari kunjungannya, Selasa dan Rabu (25-26/11), Sultan dan Ratu Hemas bertemu dengan berbagai kalangan baik masyarakat umum maupun dengan para pelajar dan mahasiswa di Kota Ende – sebuah kota yang dalam sejarah Flores merupakan pusat pendidikan yang dirintis Gereja Katolik dan pusat pemerintahan Daerah Flores.
Sultan sempat mengunjungi situs Bung Karno, rumah di mana Soekarno dan keluarganya tinggal selama pengasingannya di Flores 1934-1938. Beberapa ratus meter dari rumah itu terdapat biara Santo Yoseph, tempat tinggal para misionaris dari Serikat Sabda Allah (Societas Verbi Divini/SVD), sebuah kongregasi Katolik yang cukup berpengaruh pada masa itu. Soekarno mementaskan drama-dramanya selama di Ende di gedung milik Serikat Sabda Allah dan dia sering berdiskusi dengan para pastor dari kongregasi ini. Menurut pengakuan Presiden Soekarno saat berkunjung ke Ende ketika dia telah menjadi presiden RI, dia menemukan ide mengenai dasar negara Pancasila di bawah sebuah pohon sukun.
Sultan bicara mengenai penghargaan terhadap keberagaman kultur dan etnik. Perbedaan bukan merupakan satu kelemahan, melainkan kekuatan bangsa untuk bersatu. Tidak boleh ada etnik yang karena jumlahnya lebih banyak mendominasi etnik lain. Karena begitu ada dominasi, konflik akan terjadi. Demikian pula dalam hal agama. Tidak ada agama yang mendominasi. Perbedaan harus dihargai dan mayoritas mengayomi minoritas.
Spanduk-spanduk yang dibentangkan di pinggir jalan-jalan di Kota Ende juga menggambarkan harapan warga agar Sultan bersama dengan rakyat Flores membangun kesadaran bersama untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan nasional, menghargai pluralisme, dan memihak rakyat kecil. Antusiasme menyambut Sultan di Kota Ende tentu saja dalam konteks dukungan dan komitmen rakyat Flores bahwa kebhinekaan budaya bangsa haruslah tetap dipertahankan sebagai roh yang memberi kekuatan kepada bangsa ini.
Di dalam sejarah kemerdekaan Indonesia modern, Flores boleh berbangga dan berbesar hati bahwa Soekarno menemukan konsep Pancasila di Flores. Ini ilham dari Nusa Bunga (Flores) untuk Nusantara (Indonesia). Rakyat Flores tentu saja tetap berjuang memberikan kontribusi bagi penghargaan terhadap kemajemukan bangsa bukan karena rakyat Flores mengidap sindrom minoritas di Indonesia. Tetapi rakyat Flores sadar bahwa kebhinekaan adalah keniscayaan bagi keberadaan Indonesia modern untuk bisa bersaing dengan bangsa lain.
Kedatangan Sultan ke Ende dengan mengusung komitmen kebhinekaan memperteguhkan kembali keyakinan rakyat Flores bahwa Indonesia harus bisa tetap mempertahankan kebhinekaannya dengan rasa saling menghargai sebagai sesama anak bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar