27 Februari 2009

Flores Perlu Tetap Terjaga

Oleh FRANS OBON

MENJELANG akhir tahun, polisi menangkap dan menahan pemakai dan pemilik ganja kering seberat 0,5 kg di Kota Ende. Polisi menduga bahwa dia tidak hanya sebagai pengguna, melainkan juga pengedar. Dia memiliki jaringan penjualan di Flores. Karenanya polisi akan terus menyelidiki jaringan tersebut. Pintu masuk ganja ini adalah Maumere. Dikirim melalui ekspeditur.

Masih menurut polisi, kasus ini terungkap karena polisi sudah melakukan pengintaian 2-3 bulan. Semuanya berawal dari pengawasan terhadap para pendatang baru di daerah ini. Polisi melakukan penggerebekan dan menemukan ganja kering, tembakau, dan kertas rokok sebanyak 13 buah. Polisi bilang bahwa kasus ini terbilang terbesar di NTT pada tahun ini.


Kasus ini yang pertama dan terbesar di Flores. Meski pelaku mengatakan dia hanya menggunakan untuk dirinya sendiri, namun penyediaan dalam jumlah besar tentu saja menimbulkan kekhawatiran. Polisi memiliki metode dan cara kerjanya sendiri untuk menyelidiki lebih jauh kemungkinan adanya jaringan dalam kasus ini. Karena sama sekali tidak tertutup kemungkinan alasan yang dikemukakan pelaku hanyalah sebuah alibi.

Bagi kita kasus ini hendaknya membuka mata agar kita tetap terjaga. Kita telah membuka pintu Flores bagi mobilitas penduduk pada masa globalisasi ini. Kemajuan pembangunan dan transportasi telah memungkinkan hal tersebut. Makin ke depan, makin besar peluang kasus-kasus seperti ini muncul. Bukan hanya soal jumlah kasus, tetapi intensitasnya bisa saja lebih besar dan meningkat.

Mungkin pergerakan kasus-kasus seperti ini sudah lebih besar di bawah permukaan. Mungkin ini gejala gunung es. Kita tidak tahu persis. Namun sikap waspada itu perlu.

Kita punya tanggung jawab bersama untuk menjaga Flores dari bahaya-bahaya penghancuran generasi masa depan ini. Kita punya tanggung jawab untuk membawa anak-anak kita ke masa depan yang lebih baik. Kita punya tanggung jawab untuk menghasilkan generasi bermutu. Kita punya tanggung jawab untuk mewariskan kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Beredarnya ganja, narkotika, dan berbagai jenis zat adiktif di Flores hendaknya dipandang sebagai ancaman serius yang kita harus hadapi bersama. Daerah ini telah begitu miskin dan kemiskinan mengakibatkan mutu sumber daya manusianya rata net. Kita perlu membangun solidaritas agar tidak ada orang yang dapat uang dengan mengorbankan orang lain. Kita perlu uang tapi tidak perlu menghancurkan masa depan orang lain.

Kita perlu membangun kesadaran bersama bahwa kita punya tanggung jawab untuk menjaga daerah ini dari hal-hal destruktif. Kita sama-sama membangun budaya cinta akan kehidupan. Kita perlu suarakan hal itu terus menerus demi kehidupan. Kita terus menyuarakan agar Flores tetap terjaga.

Flores Pos | Bentara | Narkotika
| 31 Desember 2008 |

Read more...

19 Februari 2009

Kopdit Masih Fokus pada Kapasitas Manajemen

Oleh FRANS OBON

ENDE -- Gerakan koperasi kredit (Kopdit) di wilayah Kabupaten Ngada, Nagekeo, dan Ende masih terfokus pada pembangunan kapasistas manajemen mengingat jumlah anggota koperasi kredit makin meningkat dan jumlah aset makin bertambah.


Dalam setahun terakhir, ada tiga koperasi kredit yang pertumbuhan anggotanya di atas 1.000 lebih yakni Kopdit Boawae pertambahan anggota 2008 sebanyak 2.369, Sangosay 1.646 orang, dan Bahtera 1.117 orang. Total kopdit di bawah Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Bekatigade Ende, Ngada, dan Nagekeo sebanyak 62 buah.

Dalam rapat anggota tahunan (RAT) Tahun Buku 2008, yang berlangsung di aula Pusdiklat Bekatigade Ende, Ngada, dan Nagekeo, Jumat (16/1) Manajer Puskopdit Bekatigade Mikhael H Jawa mengajak para pegiat koperasi kredit untuk terus meningkatkan kapasitas manajemen dan membangun komitmen bersama untuk meningkatkan profesionalisme, mengikuti standar kerja yang telah disepakati bersama dan mendorong para anggota untuk menjadikan koperasi sebagai wadah investasi di masa depan.


RAT Tahun Buku 2008 ini dihadiri Wakil Bupati Ende Bernadus Gadobani, yang sekaligus membuka RAT, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Nagekeo John Elpi Parera, Asisten II Setda Ngada Petrus Tena, dan Wakil Ketua Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) Jakarta Theofilus Woghe.

Ketua Puskopdit Bekatigade Ende, Ngada, Nagekeo, Yoseph Dopo dalam sambutannya mengatakan, koperasi kredit sebagai organisasi dengan modal utama anggota harus dibangun secara benar. Menurut dia, jumlah anggota meningkat dan pertumbuhan aset usaha yang meningkat haruslah jadi dampak dari pengelolaan organisasi yang baik dan benar. “Organisasi yang baik akan berdampak pada pertumbuhan anggota dan modal usaha,” katanya.

Sampai saat ini jumlah anggota koperasi kredit di bawah Puskopdit berjumlah 45.347 orang. Selama tahun 2008 pertumbuhan anggota baru sebanyak 11.654, sementara anggota meninggal 336 orang. “Kopdit berbasis anggota sehingga perluasan anggota harus jadi fokus,” katanya.
Kekayaan Kopdit di bawah Puskopdit Rp192,9 miliar, saham Rp123,5 miliar, simpanan non saham Rp46,5 miliar, dan pinjaman beredar 163,6 miliar.

“Angka ini kecil dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, namun kehadiran gerakan koperasi kredit di tengah masyarakat setempat mencerminkan adanya kebersamaan dalam membangun,”kata anggota DPRD Ngada ini. Dia meminta anggotanya untuk meningkatkan kapasitas manajemen sehingga kopdit sungguh jadi lembaga keuangan yang profesional.

Wakil Ketua Inkopdit Jakarta Theofilus Woghe mengatakan, Puskopdit harus menjadi lembaga pembelajaran. Meski sekarang ini terjadi krisis global, namun gerakan koperasi kredit perlu membangun harapan bersama agar masyarakat lokal memiliki akses terhadap lembaga keuangan. “Fokus koperasi kredit di tingkat primer ke depan adalah hidup bersama masyarakat, bukan sebagai pegawai kopdit atau turis kopdit,” katanya.

Dia minta kader kopdit untuk fokus pada kaum muda sebagai pangsa pasar besar bagi kopdit ke depan. Dia menekankan lagi pentingnya manajemen profesional yang ditandai oleh efisiensi dan efektivitas, keunggulan, dan good governance. “Semakin orang percaya, otomatis anggota akan datang sendiri,” katanya.

Setelah ini berturut memberikan sambutan Sekda Nagekeo John Elpi Parera, Asisten II Ngada Petrus Tena, dan Wakil Bupati Ende Bernadus Gadobani.


Read more...

13 Februari 2009

Kopdit Serviam Fokus pada Usaha Ekonomi Anggota

Oleh FRANS OBON

ENDE - Koperasi Kredit (Kopdit) Serviam akan terus mendorong para anggotanya untuk mengembangkan wirausaha demi membangun ekonomi dan peningkatan pendapatan keluarga. Dengan ini Kopdit Serviam tidak saja dikembangkan sebagai lembaga keuangan yang profesional, melainkan juga lembaga keuangan yang bisa membiayai usaha anggotanya. Kredit akan lebih diarahkan pada pembiayaan sektor-sektor usaha yang meningkatkan pendapatan para anggota.


Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2008, yang digelar Minggu (8/2) di aula Marinus Krol Paroki Onekore mengambil tema “ Meningkatkan Wirausaha Anggota melalui Pendidikan dan Pelatihan Usaha-Usaha Anggota”. Acara dibuka Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Ende Abdul Syukur.

Ketua Kopdit Serviam Kosmas Lawa Bagho dalam sambutannya mengatakan, pada tahun 2008 Kopdit Serviam memperoleh prestasi memuaskan dengan diperolehnya predikat sebagai koperasi terbaik pertama tingkat Kabupaten Ende. Pada tahun buku yang sama, koperasi ini berhasil mencapai 1000 lebih anggota sebagaimana disyaratkan oleh Pusat Koperasi Kredit Bekatigade Ende Ngada dan Nagekeo. Di Kabupaten Ende hanya ada tiga koperasi dengan jumlah anggota di atas 1000 orang yakni Kopdit Bahtera, Civita Dei, dan Serviam. Pertumbuhan kekayaan juga meningkat dari Rp1,5 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp3,6 miliar lebih tahun 2008. Di bawah Puskopdit BEN, Serviam menempati urutan ke-13 dan dari segi aset ada di urutan ke-12.

“Kesuksesan Kopdit Serviam sekarang ini harus menjadi titik pijak untuk terus melakukan gebrakan perubahan sehingga bersaing sehat di antara koperasi kredit di tingkat nasional dan daerah,” kata Manajer Puskopdit BEN Mikhael H Jawa dalam sambutannya.

Mikhael mengatakan, tiga arah dasar Puskopdit BEN 2007-2012 adalah fokus pada pertumbuhan anggota yakni setiap tahun ada pertumbuhan 1000 anggota, unggul dalam persaingan, dan melembagakan sistem kerja.

Dia mengingatkan seluruh anggota dan pengurus kopdit Serviam untuk mempertahankan jati diri sebagai koperasi kredit dengan bersumbu pada tiga prinsip dasar yakni pendidikan, solidaritas, dan swadaya.

Kualitas anggota dan fungsionaris koperasi juga menjadi inti kekuatan koperasi kredit. “Kita tidak hanya berbangga karena anggota kita jumlahnya ribuan orang, tetapi lebih dari itu kita berbangga karena mutu anggotanya. Anggota yang bermutu, berkualitas akan menentukan keberlanjutan koperasi,” katanya.

Dia minta agar “Kopdit Serviam jadi wadah untuk saling membangun kepercayaan, membangun semangat kerja tim, saling memiliki dan saling menghargai dalam satu ikatan kebersamaan, membentuk kinerja yang sinergis dengan menjalin harmonisasi dan keberagamaan”.

Sementara Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Ende Abdul Syukur dalam sambutannya mengatakan, RAT adalah proses pembelajaran yang efektif dan melahirkan inspirasi, motivasi dan inovasi dalam proses pembaruan diri yang berdampak pada perubahan perilaku, peningkatan pengetahuan, dan aspek keterampilan.

“Nilai-nilai koperasi adalah menolong diri sendiri, demokrasi, kesetaraan, keadilan dan solidaritas, kejujuran dan keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain,” katanya.*

Read more...

11 Februari 2009

Tokoh Agama Dorong Pemilu Damai

PEMILU DAMAI – Tim Pastoral Kevikepan Ende bekerja sama dengan Departemen Agama menyelenggarakan panel diskusi bagi para penyuluh lintas agama di Detusoko, Rabu (12/1). (Dari kiri ke kanan) P Paul Budi Kleden SVD, Anom B Triyadna, Romo Felix Djawa Pr, Pdt Yan Leymani, dan Basirun Samlawi.


Oleh FRANS OBON

ENDE - Tokoh dari berbagai agama dalam pertemuan mereka di aula Wisma St Fransiskus Detusoko, Rabu (11/2) mendorong terlaksananya Pemilu nasional mendatang secara damai dan mengajak masyarakat untuk memilih para calon yang akan duduk di lembaga legislatif dengan cerdas tanpa didasarkan pada unsur-unsur primordial.

Pertemuan ini digelar atas kerja sama Tim Pastoral Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Ende dan Departemen Agama Kabupaten Ende.
Vikaris Episkopus (Vikep) Ende Romo Ambros Nanga Pr dalam sambutan penutup menjelaskan, pertemuan ini digelar sebagai bagian dari rancangan bangun hubungan yang harmonis antaragama dan terutama dalam konteks pelaksanaan Pemilu nasional mendatang.

Tim pastoral Kevikepan sendiri akan memasukkan hasil diskusi panel ini ke dalam bahan katekese politik yang tengah disusun dan dirancang tim pastoral. Pertemuan ini juga dimaksudkan sebagai bentuk kerja sama dan tanggung jawab agama-agama untuk mendorong proses demokratisasi demi mencapai cita-cita bersama.

Diskusi panel yang mengambil tema “Orientasi Penyuluh Lintas Agama Kabupaten Ende” menghadirkan empat pembicara mewakili agama masing-masing. Pater Paul Budi Kleden SVD (Katolik), Basirun Samlawi (Islam), Pdt Yan YO Leymani (Protestan) dan Anom B Triyadna (Hindu), dengan moderator Romo Felix Djawa Pr.

Vikjen Keuskupan Agung Ende P Yosef Seran SVD, Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Agung Ende Romo Cyrilus Lena Pr, Ketua Tim HAK Kevikepan Ende Frans Tasso Ve, Kakandepag Agustinus T Gempa dan utusan dari berbagai agama hadir dalam pertemuan ini.

Basirun Samlawi yang bicara pertama menegaskan kebersamaan umat beragama akan menjadi satu kekuatan jika bersama-sama umat berabagai agama membangun komitmen bersama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan cara santun dan damai.

Demokrasi mengakibatkan adanya perbedaan kepentingan, tetapi konflik kepentingan yang terjadi mesti diselesaikan secara demokratis dan secara santun.

“Hindari pencederaan demokrasi dengan kekerasan, anarkisme, ekstrimisme, sebaliknya mesti ada kesantunan dalam ruang publik demokratis,” katanya.

Sementara Pdt Yan bicara soal potensi konflik di dalam pemilu. Konflik yang dipicu oleh kepentingan, oleh suku dan agama. Namun dia percaya bahwa demokrasi akan memberi ruang bagi penyelesaian damai.


Dia mengkritik pendekatan yang dilakukan para calon, yang baru datang hidup bersama masyarakat menjelang Pemilu. Dia juga menekankan pentingnya memperhatikan etika dan moralitas politik dalam pencapaian tujuan berpolitik.

“Ada calon yang tidak datang dan hidup bersama masyarakat. Karena dia mengandalkan kekuatan lain,” katanya.

Anom Triyadna dari PHDI Kabupaten Ende juga bicara mengenai pentingnya perdamaian dalam proses pemilu mendatang. Dia mengibaratkan penggunaan hak dan kewajiban di dalam pemilu itu seperti ruas dan buku pada bambu di mana antara hak dan kewajiban selalu bertemu dan sambung menyambung.

Pater Budi Kleden yang bicara perspektif Katolik menegaskan lagi prinsip-prinsip politik di dalam Gereja Katolik. Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero ini mengatakan, Pemilu adalah alat kontrol warga terhadap pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan. Pemilu tidak saja sebagai legitimasi kekuasaan, melainkan alat ukur dan evaluasi terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang dipilih melalui Pemilu.

“Karenya Pemilu dilihat sebagai kesempatan ditahbiskan untuk mengamankan iman, sehingga politisi Katolik dalam keterlibatan mereka dengan kegiatan politik mengemban tugas penting,” katanya.

Pemilu yang damai, kata dia, tidak hanya diukur dari keterlibatan banyak pemilih dan tidak terjadinya konflik dalam pelaksanaannya, melainkan terutama diukur dari kontribusinya pada perdamaian. Sehingga menurut dia, damai itu tidak hanya terbatas pada saat Pemilu, melainkan terutama bagaimana penyelenggaraan pemerintahan hasil pemilu tersebut menjamin perdamaian.

Ada empat komponen yang menjamin pemilu damai yakni regulasi, penyelenggara pemilu, kontestan pemilu, dan masyarakat.

Dalam diskusi yang hanya berlangsung dua sesi para peserta lebih banyak membicarakan kompetensi para calon legislatif, moralitas yang membingkai politik para calon dan kegamangan para calon dan partai terhadap ideologi partai, serta diskusi mengenai fenomena menggunakan dan tidak menggunakan hak pilih.

Dimuat pada Flores Pos, 12 Feburari 2009, pp 1,15 Read more...

09 Februari 2009

Kepedulian Ekologis

Oleh Frans Obon

Tanggal 11 Maret 2007, pada sebuah misa requiem bagi para korban meninggal bencana alam di Gapong, Perak, dan Gologega pada awal Maret 2007, almarhum Uskup Ruteng Mgr Eduardus Sangsun SVD mengajak umat Katolik untuk menyadari dosa kolektif agar “tidak lagi menebang hutan tetapi menanam sebanyak mungkin pohon di tanah-tanah yang kering sebagai bentuk konservasi alam sehingga tidak terjadi lagi longsoran yang memakan korban jiwa”.
Uskup prihatin dengan jatuhnya korban jiwa dan mengungsinya ribuan orang mencari perlindungan di Paroki Pagal, di Paroki Beamese, Paroki Reo dan Paroki Benteng Jawa. Mulai hari ini, begitu kata Uskup, umat Katolik harus menanam sebanyak mungkin pohon dan “melindungi mata air”. Uskup kala itu mengatakan, hendaknya kejadian bencana tanah longsor ini membuka mata dan membuat sadar semua orang mengenai konsekuensi hari ini dan ke depan dari tindakan merusak hutan. Kala itu juga Uskup meminta paroki-paroki dan pemerintah memberi perhatian serius pada korban karena banyak orang kehilangan tempat tinggal, harta benda, ladang, dan ternak. “Banyak orang berada dalam ketakutan sekarang. Mungkin pula mereka akan kehilangan masa depan. Ini tugas kita untuk membantu mereka”.
Lingkungan hidup adalah salah satu keprihatinan pastoral Gereja Katolik Manggarai. Selama 23 tahun masa kegembalaannya, Uskup Edu tidak henti-hentinya memberi perhatian pada masalah ini dan selalu mengajak umatnya menyelamatkan lingkungan hidup.
Ajakan ini adalah sebuah seruan moral mengenai pentingnya memelihara kehidupan (pro life) terutama generasi masa depan. Uskup ingin mengajak umat Katolik untuk membangun sikap solidaritas, ikut prihatin dengan para korban. Keprihatinan itu ditunjukkan oleh sikap menentang segala bentuk perusakan lingkungan hidup.
Setiap anggota Gereja tidak hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri, melainkan sehati dan sepikir bersama anggota yang lainnya membahas bersama mengenai langkah-langkah konkret mencegah kerusakan lingkungan hidup.
Inilah salah satu warisan yang ditinggalkan oleh Uskup Edu, sekaligus keprihatinan yang terus menerus disuarakan oleh para uskup: kepedulian ekologis.
Seharusnya ajakan moral para pemimpin Gereja Katolik ini, terutama di wilayah kita, sungguh menjadi perhatian serius pemerintahan lokal kita. Adalah oleh kewajiban moral dan iman mereka sebagai orang Katolik, sudah sepantasnya para pemimpin pemerintahan lokal berada di garda terdepan untuk memelihara lingkungan hidup. Untuk coba mencari langkah konkret mewujudnyatakan seruan moral ini dan membangun komitmen memelihara lingkungan hidup.


Flores Pos | Bentara | Lingkungan Hidup
| 20 Oktober 2008 | Read more...